Social Media = Panggung Bermain Peran



Hollaaaa, lama tak jumpa! Pripun kabare sedoyo mawon? Mugi tansah pinaringan sehat, nggeh.. Aamiiin Allahumma Aaamiiiinn..

Hmmm mmmm hmmmm mmmm hmmm mmm mmm mmm (Deen As-Salam - Nissa Sabyan)

Haha, duh, mulai dari mana ya kita ngobrolnya. Hmmm, saya bingung. Grogi nih mau beropini, beneran. Hahaha 
Yuuk, tarik nafas dalam-dalam, hembuskan perlahan. Fiuuuft..

Baiklah kita mulai.

Saya yakin bahwa kalian yang sudah dewasa dan bijak percaya bahwa apa yang orang tunjukkan di social media tidak semua benar adanya. Bisa jadi apa yang seseorang gambarkan di medsos itu jauh dari kapasitas kemampuan sebenarnya. Orang bilang sih PENCITRAAN. Tapi disini saya tidak memakai istilah tersebut, melainkan BERMAIN PERAN. Kenapa? Pengen saja. Hihihi. (Padahal males mau ngejelasinnya. Haha)

Misal nih, saking seseorang mengidolakan si A, ia pun secara tidak langsung mengikuti lifestyle idolanya, dan segala apa yang di upload adalah representasi si A. Saat itulah ia 'berperan' sebagai si A yang mungkin terlihat keren, stylish, dan hits. Seiring berkembangnya waktu, panutannya pun berganti haluan ke si B yang mungkin nampak anggun, sholehah, bijaksana, dewasa. Padahal bisa jadi di kehidupan sehari-hari ia tak seperti itu.

Oke2, mungkin banyak yang nggak setuju tentang opini saya diatas. Memang tak semuanya begitu. Tapi di sisi lain, kita semua tetap bermain peran. Berperan sebagai EKSPEKTASI DARI DIRI KITA SENDIRI. Duh, bingung nih ngomongnya. Haha.

Contohnya misal saya sendiri saja deh. Nggak apa-apa lah buka aib. Kwkwkwk. Saya pribadi atau mungkin kalian pasti punya harapan untuk jadi pribadi yang lebih baik bukan? Pasti kalian TAHU kekurangan2 diri dan cara membenahinya bukan? Nah, di medsos lah tempat saya bisa mewujudkan dan menggambarkan sosok saya sesuai dengan ekpektasi-ekspektasi yang saya buat. Saya bisa memerankan itu dengan sangat mudah. Karena saya tau apa yang saya mau. Saya tau saya ingin menjadi sosok yang seperti apa. Padahal di dunia nyata, untuk merubah kebiasaan-kebiasaan buruk dan menjadi pribadi yang lebih baik itu susahnya minta ampun. Entah hambatannya dari faktor internal atau eksternal pasti adaa aja. Sudah mengumpulkan niat, tekat dan berjuang mati-matian, eh nggak istiqomah. Hufffttt. 

Di sosmed, MISALNYA saya yang sebenarnya jutek bisa dengan mudah berlagak sangat ramah. Yang sebenarnya ceroboh, keras kepala, bisa jadi sangat bijak hanya dengan kata-kata mutiara copas dari akun sebelah. Yang sebenarnya pemalas, bisa jadi tampak rajin dengan post kegiatan-kegiatan semacam aktivis. Misal lo ya ini misal. Saya masih mau menjaga citra saya, btw. Kwkwkwk.

Itulah mengapa, saya memandang setiap pribadi yang saya kenal secara online adalah seseorang yang tidak bisa dinilai. Saya tidak mau men-judge. Selama ia bersikap di sosmed masih dalam batas wajar, saya usahakan selalu khusnudzon. (Oke, ini pencitraan. Kwkwk)

Terserah kalian mau berperan sebagai apa, hak kalian, yang pasti hidup tidak hanya berkutat di media online. Untuk mengenal seseorang tidak bisa dengan menghabiskan waktu bersamanya di dunia maya, melainkan di dunia nyata. Dan biarkan pula mereka mengenalmu, apa adanya kamu, di kehidupan sehari-hari.

Buat kalian yang punya opini berbeda, bolehlah sharing di kolom komentar. 
Yuk, jadi netizen yang bijak!



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kenalan Sama Anggota D'ophloph dan SIFALUNA (2)

Shubuh di Bendungan Wlingi Raya Pasca Hujan Semalaman

Belum Afdhol Kalau Belum Bikin Geng di Sekolah (1)